Bacaan Dzikir Sesudah Shalat, bebrapa tuntunan peraktis shalat dhuha persefektif bimbingan dan konseling islam, (Psikologi Motivasiku)
TUNTUNAN
PRAKTIS SHALAT DHUHA SERTA SHALAT DHUHA PERSEPEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING
ISLAM
disusun oleh:
YOGYAKARTA
2012/2013
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Definisi dan Argumentasi Sunnah
Sunah Nabi
ialah: Ucapan, perbuatan serta ketetapan-ketetapan Nabi SW. Dengan demikian
sunnah dilihat dari segi materi dan esesnsinya terbagi menjadia tiga macam:
1.
Sunnah Qauliyah (ucapan)
Contohnya:
صُوْمُوْالِرُؤْرُيَتِهِ وُافْطِرُوْالِرُؤْيَتِهِ
Artinya:
"berpuasasalah karena melihat tanggal (satu ramadhan) dan
berbukalah (lebaran) karena melihat tanggal ) satu syawal)".
مَنْ نَامَ عَنِ
الصَّلَاةِاَوْنَسِيَهَافَلْيُصَلِّهَااِذَاذَكَرَهَا
Artinya:
"barangsiapa tidur sehingga meninggalkan shalat, atau lupa, maka
kerjakanlah shalat (yang ditinggalkan itu) ketika ingat".
2.
Sunnah Fi'liyah (perbuatan)
Contohnya:
صَلُّوْاكَمَارَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّىْ
Artinya:
"Lakukanlah shalat persis
sebagaimana kalian melihatku mengerjakan shalat".
3.
Sunah taqririyah (ketetapan)
Contohnya:
مَنْ يُطِعِ الَّرسُوْلَ فَقَدْاَطَاعَ
اللهِ
Artinya:
"Barang siapa mentaati Rasul itu,
sesungguhnya ia telah menta'ati Allah. (QS. An-Nisa: 80)".[1]
B.
Pengertian Shalat Sunah Dhuha
Shalat
sunnah Dhuha ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada pagi hari, yaitu pada
waktu matahari sedang naik,[2]
atau juga Shalat sunnah Dhuha adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah
terbitnya matahari hingga menjelangnya masuk waktu shalat Dzuhur.
Shalat Dhuha
ini biasanya dikalangan masyarakat lebih dikenal dengan shalat sunnah unutuk
memohon rizki kepada Allah SWT atau untuk dimudahkan rizki.
Berdasarkan hadist Nabi: "Allah berfirman: "Wahai anak
Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu
permulaan siang (shalat Dhuha) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhan pada
akhir harinya" (HR. Hakim dan Thabrani).
C.
Waktu Shalat Sunnah Dhuha
Menurut
kesepakatan para ulama terdahulu hingga sekarang waktu shalat Dhuha dimulai
dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir
hingga sedikit menjelang masuknya waktu shalat Dzhuhur meskipun disunnahkan
agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik, yaitu
pertengahan antara pagi-pagi dan siang.
Shalat
Dhuha ini bisa dilaksanakan kira-kira matahari sedang naik setinggi 7 hasta
(pukul 07.00 sampai masuk waktu dzuhur).[3]
Jika direlevansikan dengan jaman yang serba modern ini kira-kira pukul 07.00
pagi hingga jam 11.00 siang (sebelum masuknya waktu Dzuhur), dan ada pula ulama
yang mengatakan dari jam 07.00 hingga jam 12.00 siang, dalam artian hingga
masuknya waktu shalat Dzuhur.
D.
Jumlah Rakaat Shalat Sunnah Dhuha
Banyaknya
raka'at shalat Dhuha ada yang 2 raka'at, 4, 6, 8, 10, dan 12 raka'at. Lebih bagus
dilaksanakannya itu setiap dua raka'at, salam. Tetapi ada juga yang
melaksanakan pada tiap 4 raka'at salam dengan tidak menggunakan tahiyyat awal.
(jadi pada raka'at yang ke dua setelah sujud tidak duduk tahiyyat awal, tetapi
langsung berdiri tegak lagi).[4]
E.
Macam-macam Shalat Sunnah Dhuha
1)
Cara
yang pertama dalam melaksanakan shalat Dhuha, sama halnya dengan melaksanakan
shalat fardlu atau shalat sunnah yang lainnya. Bacaan yang dibacanya juga sama,
pada intinya tidak ada bedanya[5]
dengan shalat fardlu atau shalat sunnah yang lainnya. Namun yang membedakannya
hanya pahalanya dan tujuan dari shalat Dhuha itu sendiri.
2)
Sedangkan
cara yang kedua yaitu pada rakaat yang pertama membaca surat Al-Fatihah,
kemudian membaca surat Asy-Syams dan pada rakaat yang kedua setelah membaca
surat Al-Fatihah membaca surat Adh-Dhhuha.[6]
Bacaan
surat Asy-Syams dan Adh-Dhuha ini sifanya tidak wajib, namun dianjurkan lebih
baiknya dalam shalat sunah Dhuha bacaan surat pendeknya membaca Asy-Syams dan
Adh-Dhuha. Namun bagi yang belum hafal atau belum mampu, bisa menggunakan
Surat-surat pendek yang sekiranya surat yang sudah dihafal.
Sekiranya
melaksanakan shalat sunnah Dhuhanya lebih dari dua rakaat, pada rakaat yang
pertama bacaan surat pendeknya sama dengan petunjuk yang diatas hingga salam.
Kemudian pada shalat yang selanjutnya pada rakat pertama setelah membaca surat Al-Fatihah
yaitu membaca surat Al-Kafirun, kemudain pada rakaat yang kedua setelah memabca
surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas.[7]
3)
Adapun
cara yang terakhir bisa dikatakan yang paling bagus diantara no urut 1 dan 2.
Sekiranya kita melaksanakan shalat sunnah Dhuha dua raka’at pada raka’at
pertama setelah membaca surat Al-Fatihah membaca ayat Al-Kursi 10 kali dan pada
raka’at yang kedua setelah membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas 10
kali.
Hadits
yang menerangkan cara shalat yang ketiga adalah :
عَنْ اَنَسِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم
مَنْ صَلَّى الضُّحَى يَقْرَأفِىْ الَّركَعَةِ الاُوْلَى فَاتِحَةِ الِكتَابِ وَاَيَةَ
الكُرْسِى عَشَرَمَرَّاتٍ, وَفِى الثَّانِيَةِفَاتِحَةِالكِتَبِ وَقُلْ هُوَاللهُ
اَحَدٌعَشَرَمَرَتٍ اِسْتَوْجَبَ رِضْوَانَ اللهِ الأَكْبَرَ
Artinya:
“Anas r.a meriwayatkan dari Nabi saw. Kepada siapa yang melaksanakan shalat
Dhuha, pada raka’at pertama membaca surat Al-Fatihah dengan ayat Kursi sepuluh
kali serta pada raka’at yang kedua sesudahnya membaca surat Al-Fatihah membaca
surat Al-Ikhlas sepuluh kali, pasti mendapatkan keridhaan yang amat besr dari
Allah.[8]
F.
Rukun Dan Tata Cara Shalat Sunnah Dhuha
Shalat Sunnah Dhuha
merupakan sunnah mu'akkad, terbukti telah dilakukan oleh Nabi shallallahu
alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan Muslim, no. 1176, dari hadits Aisyah
radhiallahu anha, dia berkata:
(
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى
أَرْبَعًا ، وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللَّهُ ) .
Artinya:
"Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam shalat Dhuha sebanyak empat (rakaat), kadang
beliau menambah sesuai keinginannya." (H.R. Muslim)
Rukun dan tata tertib shalat sunnah Dhuha sama
persisnya dengan shalat-shalat sunnah yang lainnya, bahkan dengan shalat
fardhu. Namun yang membedakannya hanyalah niat dan fahala serta kewajibnannya saja.
Rukun Dan Tata Cara Shalat Sunnah Dhuha
Tersebut Adalah:
1)
Pertama-tama berdiri tegak serta menghadap
kiblat dan niat mengerjakan shalat.
Niat shalat
sunnah Dhuha:
اُصَلِّى سُنَةً الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْ
بِلَاالْقِبْلَةِ للهِ تَعَالَى
Artinya:
Aku niat shlaat
Dhuha dua raka'at karena Allah SWT
Jika
shalat Dhuha yang dua rakaat maka bacaannya "rak'ataini" sedangkan
jika empat rakaat maka bacaannya "arba'a raka'atin"
Niat
tersebut dianjurkan diucapkan secara pelan-pelan sekiranya setiap huruf terdengar oleh diri sendiri dengan bertujuan
suapaya menambah kehusyuan.
2)
Mengangkat kedua belah tangan sambil membaca takbiratul
ihram (wajib dilafalkan secara pelan-pelan dan terdengar oleh diri sendiri[9]):
Disunahkan ketika takbiratul ihram ujung
jempol sampai kena ke daun telinga dan ujung jempol tidak melewati daun
telinga.
3)
Kedua belah tangan disedakepkan pada dada.
Posisi kedua belah tangan tepat pada tengah-tengah uluh hati dan jangan menceng
ke kanan dan ke kiri.
Do'a iftitah:
اَلَّلهُمَّ بَاعِدْبَيْنِيْ
وَبَيْنَ خَطَا يَا يَ كَمَابَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ. اَلَّلهُمَّ
نَقِنِى مِنْ خَطَا يَايَ كَمَايُنَقَّى الثَّوْبُ الْاَبْيَضُ مِنَ الَّدنَسِ.
الَلَّهُمَّ اغْسِلْنِىْ مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِوَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.
Artinya:
"Allah maha besar lagi sempurna
kebesarannya, segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore.
Ku-hadapkan muka hatiku Dzat yang menciptkan langit dan bumi dengan keadaan
lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru
sekalian alam. Tidak ada sektu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk
tidak menyekutukan-Nya. Dan aku termasuk golongan orang-orang muslim."
Setelah selesai membaca Do'a iftitah dilanjutkan
dengna membaca surat Al-Fatihah, kemudian dilanjutkan dengan membaca
surat-surat pendek khusus yang sebagaimana telah dijelaskan pada bagian
"E", dan jika yang belum mampu membacanya bisa digantikan dengna
surat pendek yang lainnya.
4)
Setelah selesai membaca surat pendek kemudian
rukuk (membaca takbir). Pada gerakan rukuk ini adalah pada bagian
punggung lurus (tidak bengkok), telapak tangan ditemepelkan pada dengkul.
5)
Setelah selesainya rukuk serta bacaannya
kemudian I'tidal dengan berdiri tegak serta posisi tangan rapat pada sisi
pinggang atau bisa juga kedua belah tangan disedakepkan pada dada, dengan
bertujuan untuk menambah kehusyuan dan menghindari ayunan tangnan lebih dari 3x
(ketika selesai rukuk).
6)
Dilanjutkan dengan sujud, seraya membaca
kalimat takbir. Gerakan sujud adalah gerakan menciium bumi atau lantai
dengan kening dan ujung hidung menempel dilantai. Disamping itu, kedua tangna
juga menapak pada lantai serta ujung-ujung jari kaki juga menempel di lantai.[10]
7)
Duduk diantara dua sujud sambil membaca takbir
serta do'a duduk diantara dua sujud.
رَبِّاغْفِرْلِىْ وَرْحَمْنِىْ وَاجْبُرْنِىْ
وَارْفَعْنِىْ وَارْزُقْنِىْ وَاهْدِنِىْ وَعَافِنِىْ وَاعْفُ عَنِّىْ
Artinya:
"Ampunilah dosku, belas kasihanilah aku dan
ckupkanlah segala kekurangan ku dan angkatlah derajatku, dan berilah aku
petunjuk, dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku".
8)
Setelah membaca do'a duduk diantara dua sujud,
kemudian sujud kembali dengan membaca takbir. Kemudian setelah sujud
berdiri lagi untuk melanjutkan raka'at yang selanjutnya dan bacaannyapun sama
dengan rakaat yang pertama, namun yang membedakan baca'an surat pendeknya saja.
9)
Setelah melanjutkan raka'at ke-dua kemudian
duduk tasyahud. Dengan baca'an tahiyyat sebagai berikut.
اَلتَّحِيَّاتُ
اْلمُبَارَكَاتُ الَّصلَوَاتُ الَّطيِّبَاتُ للهِ. الَسَّلاّمُ عَلَيْكَ اَيُّهَاالنَّبِىُّ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ. اَلسَّلَامُ عَلَيْنَاوَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ.
اَشْهَدُاَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ, وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدَارَّسُوْلُ اللهِ.
اَلَّلهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَامُحَّمد. وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَامُحمْد. كَمَاصَلَيْتَ
عَلَى سَيْدِنَااِبْرَاهِيْم وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَااِبْرَاهِيْم وَبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَامُحَمَّدْوَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَامُحَمَّدْ. كَمَابَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَااِبْرَهِيْم
وَعَلَى سَيِّدِنَ اِبْرَهِيْم فَى اْلَعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدَمَّجِيْد.
Artinya:
"Segala kehormatan, kebrkahan,
kebahagiaan, dan kebaikan bagi Allah. Salam, rahmat dan berkahNya kupanjatkan
kepadamu wahai Nabi Muhammad saw. Salam keselamatan semoga tetap untuk kami dan
selurh hamba-hamba yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah.
Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah,
limpahkanlah rahamt kepada nabi Muhammad. Sebagaimana yang telah Engkau
limpahkan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas
Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau telah memberi berkah
kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh alam semesta, Engkau yang
terpuji dan Maha Mulia."
10)
Yang terakhir setelah membaca tahiyyat yaitu
salam dengan menegok ke kanan dan ke kiri. Disetiap tengokan diikuti
denga bacaan:
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ.
Artinya:
"Keselamatan dan rahmat Allah semoga
tetap pada kamu sekalian."
11)
Setelah selesainya shalat sunnah Dhuha kemudian
kita memanjatkan do'a kepada Allah SWT agar kita dimudahkan rezeki serta
dijauhkan dari kemiskinan.
Adapun do'a yang khusus yang biasanya digunakan
dalam shalat sunnah Dhuha adalah sebagai berikut :
اَلَّلهُمَّ اِنَّ الضُحَاءَضُحَائُكَ وَلْبَهَائُكَ
وَلْجَمَالُ جَمَالُكَ وَلْقُوَّةِ قُوَّتُكَ وَلْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَلْعِصْمَةَ
عِصْمَتُكَ. اَلَّلهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِفَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ
فِى الْاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسِّرًا فَيَسِرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًافَطَهِرْهُ
وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًافَقَرِبْهَ بِحَقٍ ضُحَا ئِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَلِكَ وَقُوَّتِكَ
وَقُدْرَتِكُ اَتِنِى مَااَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
Artinya :
"Ya,
Allah sesungguhnya waktu dhuhaini adalah waktu Dhuha-Mu, kindahan adalah
keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalh kekuasaan-Mu dan
perlindungan dalah perlindunganMu. Jika rezeki ku ada di langit, maka
tuurnkankah, jika di luar bumi, maka keluarkanlah, jika sukar didapatkannya,
maka mudahkanlah, jika haram, maka halalkanlah dan jika jauh, maka dekatkanlah
berkat waktu dhuha-Mu, kemegahanMu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berilah
sesuatu yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh."[11]
Disamping
kita berdo'a
dengan do'a yang khusus, dianjurkan pula dengan permohonan yang sedang kita
kehendaki (dengan kata-kata sendiri).
BAB II
SHALAT SUNNAH DHUHA PERSEFEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
Shalat sunnah Dhuha sangatlah mendukung
bagi umat muslim sebagai cukang lantaran untuk memohon rizki kepada Allah Swt,
terutamanya lagi sebagai bagian dari terapi untuk kesehatan mental maupun fisik
yang kaku. Dengan shalat sunnah Dhuha ini kita dianjurkan untuk selalu
menyisihkan waktu kita di sela-sela kesibukan aktifitas kita. Tetapi bukan hanya
itu saja hikamah dari shalat sunnah Dhuha ini jika diungkapakan dengan
kata-kata sangatlah banyak. Sungguh beruntunglah orang-orang muslim bagi yang
suka melaksanakan shalat sunnah Dhuha.
Disini saya memberikan sedikit gambaran
tentang shalat sunnah Dhuha persefektif Bimbingan dan Koselign Islam, yang
diataranya adalah:
a.
Dengan Shalat Sunnah Dhuha Dapat Mendekatkan Kekayaan Dan
Menjauhkan Kemiskinan.
"shalat Dhuha itu mendatangkan rezeki dan menolak kemiskinan, dan
tidak ada yang memeliahra kecuali orang yang berbuat." (HR. tirmidzi).
Shalat sunnat Dhuha adalah jalan "alternative"
menuju kekayaan hidup yang datangnya langsung dari Allah SWT. Walapun
demikian, Allah SWT mmepunyai sunatullah tersendiri dalam hal kekayaan
ini, yakni dengan bekerja.[12]
Pada dasarnya
shalat Sunnat Dhuha ini bukan hanya sebatas meminta rezeki saja, meliankan
harus dibarengi dengan usaha, dan jika tidak diberengi dengan usaha maka secara
tidak langsung shalat sunnah Dhuha kita akan sia-sia, karena secara nalar
manusia tidak mungkin rezeki secara tiba-tiba turun dari langit. Hal ini
sebagaimana dengan firman Allah SWT:
وَقُلِ اعْمَلُوْافَسَيَرَى اللهِ عَمَلَكُمْ
وَرَسُوْلُهُ, وَلْمُؤْمِنُوْنَ. وَسَتُرَدُّوْنَ إِلَى عَلِمِ الْغَيْبِ وَااشَّهَدَةِ
فَيُنَبِئُكُمْ بِمَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ÇÊÉÎÈ
Artinya:
"Dan Katakanlah:
"Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang Telah kamu kerjakan." (QS. At-Taubah : 105)
Dari ayat diatas saya bisa menyimpulakan bahwa
kebahagiaan itu tidak datang secara tiba-tiba, melainkan dengan berdo'a dan berusaha.
Selain dari itu shalat sunnah Dhuha juga sebagai penerang dari jalan yang gelap
dan akan terhindar dari jurang kemiskinan.
b.
Dengan Shalat Dhuha Bisa Menjadi Kaya Di Dunia Maupun Kaya Di
Akhirat
Disamping kita rajin shalat sunnah Dhuha yaitu untuk
memohon dimudahkan rezeki kepada Allah SWT yang halal ternyata ada hikamh
dibalik itu, yaitu sebagi tabungan pahala untuk di akhirat kelak nanti.
Dalam merutinitaskan shalat sunnah Dhuha ini
dianjurkan untuk selalu sabar dalam menjalankannya, karena hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT:
وَسْتَعِيْنُوابِالصَّبْرِوَالصَّلَوةِ,
وَإِنَّهَالَكَبِيْرَةٌإِلَاعَلَى الْخَشِعِيْنَ ÇÍÎÈ
Artinya:
"Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'," (QS. Al-Baqarah: 45).
Dari ayat diatas, disamping kita memohon dimudahkan
rezeki kita juga dianjurkan untuk selalu berusaha dan bersabar dalam
menjalankannya, dan disertai do'a yang khusyuk.
Walaupun tidak bisa dipungkiri di dunia ini sangat
banyak sekali orang yang kaya tetapi belum tentu hatinya kaya. Maka dari itu
kita disunnahkan shalat sunnah Dhuha agar kita bisa mensyukuri nikmat yang
diberikan oleh Allah Swt kepada kita, serta agar lebih dipermudahkan dalam
mencari rezeki, serta bukan hartanya saja yang kaya melainkan hatinya juga
kaya. Hal ini sesuai yang diharapkan setiap manusia bahwa mereka menginginkan
kaya di dunia maupun di akhirat kelak nanti.
c.
Shalat Sunnah Dhuha Sebagai Jalan Unutk Mempermudah Mendapatkan
Rizki Dan Menjadi Ketagihan Bagi Yang Merutinitaskannya
Disamping
shalat sunnah Dhuha sebgai do'a untuk memohon dimudahkan rezeki tetapi jika
dirutinitaskan setiap hari, shalat ini akan meninmublkan ketagihan dan enggan
untuk meniggalkannya, secara sikologis orang tersebut akan termotivasi untuk
selalau merutinitaskan shalat sunnah Dhuha sehingg menjadi ia tenang.
Adapun
jika dijalankna dengan sungguah-sungguh bisa menimbulakn kekutana energi dalam
diri orang yang melaksanakannya. Disamping itu dapat membangun motivasi atau
spirit yang sangat berguna ketika seseorang tengah beraktifitas. Oleh karena
itu, ketika orang yang sudah terbiasa menjalankan sehalat sunnah Dhuha dan lupa
tidak menjalankannya, ia akan merasa sesuatu yang kurang, ada sesutau yang tertinggal
dan ada sesutau yang belum lengkap. Sesuai dengan yang ditegaskan Rasulullah
saw dalam hadistnya:
Shalat sunnah
Dhuha itu mendatangkan rezeki dan menolak kemiskinan, dan tidak ada yang
memelihara sholat keculai hanya orang-orang yang bertaubat. (HR. Tirmidzi)
Jadi
semakin jelas, bagi siapa yang mau menjalankan shalat sunnah Dhuaha baginya
akan diberikan kemuliaan rezeki dan dijauhkan dari kemiskinan,[13]serta
sebagai motivasi hidup utnuk selalu bersemangat dalam mencari rezeki yang halal
serta barokah.
d.
Shalat Sunnah Dhuha Sebagai Penenang Hati
Tentulah
setiap individu mempunyai hati yang berbeda-beda, ada pula yang hatinya kotor
dan ada pula yang hatinya jelek. Maka dari itu selain kita memohon dimudahakan rezeki
insya Allah dengan niat yang ikhlas dalam melaksanakan shalat sunnah Duhua kita
akan merasa tenang dan tidak merasa ada beban yang berat.
Sesuai
dengan sabda Rasulullah Saw sebagai berikut:
عن عبدالله النعمان بن بشير ر.ض قال:
سمعترسول الله ص.م يقول: الاوان في الجسدمضغةأذاصلحت صلح الجسدكله وإذافسدت فسدت
الجسدكله الاوهيالقلب. (متفق عليه)
Artinya:
"Dari Abdullah Nu'man bin Basyir r.a berkata:
Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ingatlah bahwa dalam tubuh ini ada
sepotong daging, jika ia baik maka baik seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka
rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa sepotong daging itu adalah
hati." (HR. Disepakati Bukhari-Muslim).
Imam
Al-Ghazali (2000: 26) menerangkan bahwa perkataan qalbu (hati) mengandung dua
pengertian:
a. Daging yang berbentuk buah sanubari
(karena itu disebut sanuabri) terletak pada pinggir dada kiri, yaitu daging
khusus (lahm makshus). Didalamnya terdapat lubang. Dalam lubang itu
terdapat darah hitam. Itulah sumber nyawa.
b. Unsur yang halus (lathifah),
bersifat ketuhanan (rabbaniyah) dan kerohanian (ruhaniyah).
Dengan hati yang bertubuh (al-qalb al-jismani) itu, dia berkaitan erat.[14]
Dari penjelasan diatas kita sebagai umat muslim
sebelum melakukan sesuatu terlebih dahulu perlu adanya pelurusan niat terlebih
dahulu, karena jika dalam melakukan sesuatu tanpa dibarengi dengan niat yang
ikhlas maka secara tidak langsung usaha kita akan sia-sia.
Sebelum melaksanakan shalat sunnah Dhuha dengan
dibarengi niat yang ikhlas insya Allah permohonan kita tidak akan sia-sia dan
semoga dari niat yang ikhals itu rezeki yang kita dapatkan rezeki yang halal.
e.
Shalat Sunnah Dhuha Sebagai Terapi Keshatan Jiwa
Tentunya shalat sunnah Dhuha itu bukan hanya sebagai
pelantara untuk memohon dimudahkan rezeki, tetapi disamping itu masih banyak
yang belum terungkap oleh cendikiawan muslim, yang salah satunya dari kelebihan merutinitaskan shalat sunnah Dhuha itu
adalah sebagai terapi kesehatan jiwa.
Dengan shalat sunnah Dhuha membuat manusia tidak
lupa diri yang dapat menghancurkan dirinya sendiri. Shalat juga menumbuhkan
kepercayaan diri, menghalau kekhawatiran dan rasa takut, menjaga keseimbangan
jiwa, memberikan harapan yang terus ada, dan memunculkan ketenangan pada
dirinya,[15] serta
shalat sunnah Dhuah itu sebagi pemeliharaan keshatan baik jasmani maupun
rohani. Secara tidak langsung bagi orang yang suka merutinitaskan shalat sunnah
Dhuha disamping ia memohon rezeki kepada Allah Swt ia juga jiwanya akan
terhindar dari penyakit. Maka dari itu tidak ada salahnya jika seorang
konselor menyarankan kliennya untuk
merutinitaskan shalat sunnah Dhuha, karena shalat sunnah Dhuha itu sendiri
sebagai terapi kesehatan jiwa.
Dari segi gerakannya shalat itu sangat banyak sekali
kemanfa'atannya, yang diantaranya dari shalat itu: Gerakan-gerakan tubuh yang
dilakukan oleh orang yang shalat, seperti berdiri, rukuk, dan sujud dapat
mencegah kelonggaran otot pada otot-otot perut. Sesuai yang dicontohkan
Rasulullah Saw. Ia akan membentuk tubuh dengan ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri
ini tidak akan kita temukan dengan jelas dalam diri orang yang tidak shalat
atau orang yang tidak melaksanakannya shalat dengan benar.[16]
Pengaruh shalat yang paling jelas bisa kita dapatkan
dan dirasakan pada tubuh bagi yang melakukannya. Orang lain dapat melihatnya,
seperti dapat merasakan pada dirinya sendiri. Karena dalam gerakan shalat itu
sendiri banyak sekali asfek olahraga, yang diantaranya shalat dengan
gerakan-gerakan yang meliputi berdiri, rukuk, sujud, dan duduk, adalah sejenis
olahraga, bila dijaga oleh manusia dan dilaksanakan dengan cara sempurna, maka
akan bermanfa'at pada kesehatan badan.[17]
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Zahrah, Muhammad. Ushul Fiqih. Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus, 2011.
Al-Khuli, Hilmi. Menyingkap
Rahasia Gerkan-Gerakan Sholat. Yogyakarta: DIVA Press, 2007.
Bahsani, Muhammad. Shalat Sebagai Terapi Psikologi. Bandung:
Mizan Media Utama (MMU), 2004.
Lutfi, M. Kumpulan Shalat-Shalat Sunah. Jakarta: Hasanah.
Makhdlori, Muhammad. Menyingkap Mukjizat Sholat Dhuha.
Yogyakarta: DIVA Press, 2007.
M Husen Madhal, Hadis BKI
Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: tanpa penerbit), hlm. 2001.
Muhammad Abdullah, Muhammad Ibnu
Hasan. Safinaunnaja. Tasikmalaya: Toko Islamiysh, 2011.
Rifa’I, Moh. Risalah Tuntuana
Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Thoha Putra, 2012.
Suyadi. Menjadi Kaya Dengan
Shalat Dhuha. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2010.
[1] Muhammad Abu
Zahrah, Ushul Fiqih, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, hlm. 149.
[2] Moh. Rifa’I, Risalah Tuntunana Shalat Lengkap, (Semarang:
PT. Karya Thoha Putra, 2012), hlm. 84.
[3] Ibid., hlm. 85.
[4] M. Lutfi, Kumpulan Shalat-Shalat Sunah, (Jakarta:
Hasanah), hlm. 20.
[5] Ibid., hlm. 25
[6] Moh. Rifa’i. Op.,
Cit, hlm. 84.
[7] M. Lutfi. Op.,
Cit, hlm. 26.
[8] Ibid., hlm. 26.
[9] Muhammad
Abdullah Ibnu Hasa, Safinaunnaja, (tasikmalaya: Toko Islamiysh, 2011), hlm 16.
[10] Suyadi, Menjadi
Kaya Dengan Shalat Dhuha, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2010), hlm. 16.
[11] Ibid., hlm. 84.
[12] Ibid., hlm. 47.
[13] Muhammad
Makhdlori, Menyingkap Mukjizat Sholat Dhuha, (Yogyakarta: DIVA Press
2007), hlm. 18
[14] M Husen Madhal,
Hadis BKI Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: tanpa penerbit), hlm.
2001.
[15] Muhammad
Bahsani, Shalat sebagai Terapi Psikologi, (Bandung: Mizan Media Utama
(MMU) 2004), hlm. 49.
[16] Ibid., hlm.
115.
[17] Hilmi
Al-Khuli, Menyingkap Rahasia Gerkan-Gerakan Sholat, (Yogyakarta: DIVA
Press, 2007), hlm. 103.
Komentar
Posting Komentar