Bacaan Dzikir Sesudah Shalat, bebrapa tuntunan peraktis shalat dhuha persefektif bimbingan dan konseling islam, (Psikologi Motivasiku)



TUNTUNAN PRAKTIS SHALAT DHUHA SERTA SHALAT DHUHA PERSEPEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
  
disusun oleh: 
Yogi Abdul Aziz


YOGYAKARTA
2012/2013


BAB I
PEMBAHASAN

A.                Definisi dan Argumentasi Sunnah
Sunah Nabi ialah: Ucapan, perbuatan serta ketetapan-ketetapan Nabi SW. Dengan demikian sunnah dilihat dari segi materi dan esesnsinya terbagi menjadia tiga macam: 
1.      Sunnah Qauliyah (ucapan)
Contohnya:
صُوْمُوْالِرُؤْرُيَتِهِ وُافْطِرُوْالِرُؤْيَتِهِ
Artinya:
"berpuasasalah karena melihat tanggal (satu ramadhan) dan berbukalah (lebaran) karena melihat tanggal ) satu syawal)".

مَنْ نَامَ عَنِ الصَّلَاةِاَوْنَسِيَهَافَلْيُصَلِّهَااِذَاذَكَرَهَا
Artinya:
"barangsiapa tidur sehingga meninggalkan shalat, atau lupa, maka kerjakanlah shalat (yang ditinggalkan itu) ketika ingat".

2.      Sunnah Fi'liyah (perbuatan)
Contohnya:
صَلُّوْاكَمَارَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّىْ
Artinya:
"Lakukanlah shalat persis sebagaimana kalian melihatku mengerjakan shalat".

3.      Sunah taqririyah (ketetapan)
Contohnya:
مَنْ يُطِعِ الَّرسُوْلَ فَقَدْاَطَاعَ اللهِ
Artinya:
"Barang siapa mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta'ati Allah. (QS. An-Nisa: 80)".[1]

B.                 Pengertian Shalat Sunah Dhuha
Shalat sunnah Dhuha ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada pagi hari, yaitu pada waktu matahari sedang naik,[2] atau juga Shalat sunnah Dhuha adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah terbitnya matahari hingga menjelangnya masuk waktu shalat Dzuhur.
Shalat Dhuha ini biasanya dikalangan masyarakat lebih dikenal dengan shalat sunnah unutuk memohon rizki kepada Allah SWT atau untuk dimudahkan rizki.
Berdasarkan hadist Nabi: "Allah berfirman: "Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (shalat Dhuha) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhan pada akhir harinya" (HR. Hakim dan Thabrani).

C.                Waktu Shalat Sunnah Dhuha
Menurut kesepakatan para ulama terdahulu hingga sekarang waktu shalat Dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu shalat Dzhuhur meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik, yaitu pertengahan antara pagi-pagi dan siang.
Shalat Dhuha ini bisa dilaksanakan kira-kira matahari sedang naik setinggi 7 hasta (pukul 07.00 sampai masuk waktu dzuhur).[3] Jika direlevansikan dengan jaman yang serba modern ini kira-kira pukul 07.00 pagi hingga jam 11.00 siang (sebelum masuknya waktu Dzuhur), dan ada pula ulama yang mengatakan dari jam 07.00 hingga jam 12.00 siang, dalam artian hingga masuknya waktu shalat Dzuhur.

D.                Jumlah Rakaat Shalat Sunnah Dhuha
Banyaknya raka'at shalat Dhuha ada yang 2 raka'at, 4, 6, 8, 10, dan 12 raka'at. Lebih bagus dilaksanakannya itu setiap dua raka'at, salam. Tetapi ada juga yang melaksanakan pada tiap 4 raka'at salam dengan tidak menggunakan tahiyyat awal. (jadi pada raka'at yang ke dua setelah sujud tidak duduk tahiyyat awal, tetapi langsung berdiri tegak lagi).[4]

E.                 Macam-macam Shalat Sunnah Dhuha
1)      Cara yang pertama dalam melaksanakan shalat Dhuha, sama halnya dengan melaksanakan shalat fardlu atau shalat sunnah yang lainnya. Bacaan yang dibacanya juga sama, pada intinya tidak ada bedanya[5] dengan shalat fardlu atau shalat sunnah yang lainnya. Namun yang membedakannya hanya pahalanya dan tujuan dari shalat Dhuha itu sendiri.

2)      Sedangkan cara yang kedua yaitu pada rakaat yang pertama membaca surat Al-Fatihah, kemudian membaca surat Asy-Syams dan pada rakaat yang kedua setelah membaca surat Al-Fatihah membaca surat Adh-Dhhuha.[6]
Bacaan surat Asy-Syams dan Adh-Dhuha ini sifanya tidak wajib, namun dianjurkan lebih baiknya dalam shalat sunah Dhuha bacaan surat pendeknya membaca Asy-Syams dan Adh-Dhuha. Namun bagi yang belum hafal atau belum mampu, bisa menggunakan Surat-surat pendek yang sekiranya surat yang sudah dihafal.
Sekiranya melaksanakan shalat sunnah Dhuhanya lebih dari dua rakaat, pada rakaat yang pertama bacaan surat pendeknya sama dengan petunjuk yang diatas hingga salam. Kemudian pada shalat yang selanjutnya pada rakat pertama setelah membaca surat Al-Fatihah yaitu membaca surat Al-Kafirun, kemudain pada rakaat yang kedua setelah memabca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas.[7]

3)      Adapun cara yang terakhir bisa dikatakan yang paling bagus diantara no urut 1 dan 2. Sekiranya kita melaksanakan shalat sunnah Dhuha dua raka’at pada raka’at pertama setelah membaca surat Al-Fatihah membaca ayat Al-Kursi 10 kali dan pada raka’at yang kedua setelah membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas 10 kali.
Hadits yang menerangkan cara shalat yang ketiga adalah :
عَنْ اَنَسِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم مَنْ صَلَّى الضُّحَى يَقْرَأفِىْ الَّركَعَةِ الاُوْلَى فَاتِحَةِ الِكتَابِ وَاَيَةَ الكُرْسِى عَشَرَمَرَّاتٍ, وَفِى الثَّانِيَةِفَاتِحَةِالكِتَبِ وَقُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌعَشَرَمَرَتٍ اِسْتَوْجَبَ رِضْوَانَ اللهِ الأَكْبَرَ
Artinya: “Anas r.a meriwayatkan dari Nabi saw. Kepada siapa yang melaksanakan shalat Dhuha, pada raka’at pertama membaca surat Al-Fatihah dengan ayat Kursi sepuluh kali serta pada raka’at yang kedua sesudahnya membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali, pasti mendapatkan keridhaan yang amat besr dari Allah.[8]  

F.                 Rukun Dan Tata Cara Shalat Sunnah Dhuha
Shalat Sunnah Dhuha merupakan sunnah mu'akkad, terbukti telah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan Muslim, no. 1176, dari hadits Aisyah radhiallahu anha, dia berkata:
( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا ، وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللَّهُ ) .
Artinya:
"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat Dhuha sebanyak empat (rakaat), kadang beliau menambah sesuai keinginannya." (H.R. Muslim)
Rukun dan tata tertib shalat sunnah Dhuha sama persisnya dengan shalat-shalat sunnah yang lainnya, bahkan dengan shalat fardhu. Namun yang membedakannya hanyalah niat dan fahala serta kewajibnannya saja.
Rukun Dan Tata Cara Shalat Sunnah Dhuha Tersebut Adalah:
1)      Pertama-tama berdiri tegak serta menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat.
Niat shalat sunnah Dhuha:
اُصَلِّى سُنَةً الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْ بِلَاالْقِبْلَةِ للهِ تَعَالَى
Artinya:
Aku niat shlaat Dhuha dua raka'at karena Allah SWT
Jika shalat Dhuha yang dua rakaat maka bacaannya "rak'ataini" sedangkan jika empat rakaat maka bacaannya "arba'a raka'atin"
Niat tersebut dianjurkan diucapkan secara pelan-pelan sekiranya setiap huruf  terdengar oleh diri sendiri dengan bertujuan suapaya menambah kehusyuan.

2)      Mengangkat kedua belah tangan sambil membaca takbiratul ihram (wajib dilafalkan secara pelan-pelan dan terdengar oleh diri sendiri[9]):
Disunahkan ketika takbiratul ihram ujung jempol sampai kena ke daun telinga dan ujung jempol tidak melewati daun telinga.
3)      Kedua belah tangan disedakepkan pada dada. Posisi kedua belah tangan tepat pada tengah-tengah uluh hati dan jangan menceng ke kanan dan ke kiri.
Do'a iftitah:
اَلَّلهُمَّ بَاعِدْبَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَا يَا يَ كَمَابَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ. اَلَّلهُمَّ نَقِنِى مِنْ خَطَا يَايَ كَمَايُنَقَّى الثَّوْبُ الْاَبْيَضُ مِنَ الَّدنَسِ. الَلَّهُمَّ اغْسِلْنِىْ مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِوَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.
Artinya:
"Allah maha besar lagi sempurna kebesarannya, segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Ku-hadapkan muka hatiku Dzat yang menciptkan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sektu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku termasuk golongan orang-orang muslim."
Setelah selesai membaca Do'a iftitah dilanjutkan dengna membaca surat Al-Fatihah, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek khusus yang sebagaimana telah dijelaskan pada bagian "E", dan jika yang belum mampu membacanya bisa digantikan dengna surat pendek yang lainnya.
4)      Setelah selesai membaca surat pendek kemudian rukuk (membaca takbir). Pada gerakan rukuk ini adalah pada bagian punggung lurus (tidak bengkok), telapak tangan ditemepelkan pada dengkul.

5)      Setelah selesainya rukuk serta bacaannya kemudian I'tidal dengan berdiri tegak serta posisi tangan rapat pada sisi pinggang atau bisa juga kedua belah tangan disedakepkan pada dada, dengan bertujuan untuk menambah kehusyuan dan menghindari ayunan tangnan lebih dari 3x (ketika selesai rukuk).

6)      Dilanjutkan dengan sujud, seraya membaca kalimat takbir. Gerakan sujud adalah gerakan menciium bumi atau lantai dengan kening dan ujung hidung menempel dilantai. Disamping itu, kedua tangna juga menapak pada lantai serta ujung-ujung jari kaki juga menempel di lantai.[10]

7)      Duduk diantara dua sujud sambil membaca takbir serta do'a duduk diantara dua sujud.
رَبِّاغْفِرْلِىْ وَرْحَمْنِىْ وَاجْبُرْنِىْ وَارْفَعْنِىْ وَارْزُقْنِىْ وَاهْدِنِىْ وَعَافِنِىْ وَاعْفُ عَنِّىْ
Artinya:
"Ampunilah dosku, belas kasihanilah aku dan ckupkanlah segala kekurangan ku dan angkatlah derajatku, dan berilah aku petunjuk, dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku".
8)      Setelah membaca do'a duduk diantara dua sujud, kemudian sujud kembali dengan membaca takbir. Kemudian setelah sujud berdiri lagi untuk melanjutkan raka'at yang selanjutnya dan bacaannyapun sama dengan rakaat yang pertama, namun yang membedakan baca'an surat pendeknya saja.

9)      Setelah melanjutkan raka'at ke-dua kemudian duduk tasyahud. Dengan baca'an tahiyyat sebagai berikut.
اَلتَّحِيَّاتُ اْلمُبَارَكَاتُ الَّصلَوَاتُ الَّطيِّبَاتُ للهِ. الَسَّلاّمُ عَلَيْكَ اَيُّهَاالنَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ. اَلسَّلَامُ عَلَيْنَاوَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ. اَشْهَدُاَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ, وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدَارَّسُوْلُ اللهِ. اَلَّلهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَامُحَّمد. وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَامُحمْد. كَمَاصَلَيْتَ عَلَى سَيْدِنَااِبْرَاهِيْم وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَااِبْرَاهِيْم وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدْوَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَامُحَمَّدْ. كَمَابَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَااِبْرَهِيْم وَعَلَى سَيِّدِنَ اِبْرَهِيْم فَى اْلَعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدَمَّجِيْد.
Artinya:
 "Segala kehormatan, kebrkahan, kebahagiaan, dan kebaikan bagi Allah. Salam, rahmat dan berkahNya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi Muhammad saw. Salam keselamatan semoga tetap untuk kami dan selurh hamba-hamba yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahamt kepada nabi Muhammad. Sebagaimana yang telah Engkau limpahkan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh alam semesta, Engkau yang terpuji dan Maha Mulia."

10)  Yang terakhir setelah membaca tahiyyat yaitu salam dengan menegok ke kanan dan ke kiri. Disetiap tengokan diikuti denga bacaan:
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ.
Artinya:
 "Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian."
11)  Setelah selesainya shalat sunnah Dhuha kemudian kita memanjatkan do'a kepada Allah SWT agar kita dimudahkan rezeki serta dijauhkan dari kemiskinan.
Adapun do'a yang khusus yang biasanya digunakan dalam shalat sunnah Dhuha adalah sebagai berikut :
اَلَّلهُمَّ اِنَّ الضُحَاءَضُحَائُكَ وَلْبَهَائُكَ وَلْجَمَالُ جَمَالُكَ وَلْقُوَّةِ قُوَّتُكَ وَلْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَلْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَلَّلهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِفَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى الْاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسِّرًا فَيَسِرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًافَطَهِرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًافَقَرِبْهَ بِحَقٍ ضُحَا ئِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَلِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكُ اَتِنِى مَااَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
Artinya :
 "Ya, Allah sesungguhnya waktu dhuhaini adalah waktu Dhuha-Mu, kindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalh kekuasaan-Mu dan perlindungan dalah perlindunganMu. Jika rezeki ku ada di langit, maka tuurnkankah, jika di luar bumi, maka keluarkanlah, jika sukar didapatkannya, maka mudahkanlah, jika haram, maka halalkanlah dan jika jauh, maka dekatkanlah berkat waktu dhuha-Mu, kemegahanMu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berilah sesuatu yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh."[11]

Disamping kita berdo'a dengan do'a yang khusus, dianjurkan pula dengan permohonan yang sedang kita kehendaki (dengan kata-kata sendiri).








BAB II
SHALAT SUNNAH DHUHA PERSEFEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Shalat sunnah Dhuha sangatlah mendukung bagi umat muslim sebagai cukang lantaran untuk memohon rizki kepada Allah Swt, terutamanya lagi sebagai bagian dari terapi untuk kesehatan mental maupun fisik yang kaku. Dengan shalat sunnah Dhuha ini kita dianjurkan untuk selalu menyisihkan waktu kita di sela-sela kesibukan aktifitas kita. Tetapi bukan hanya itu saja hikamah dari shalat sunnah Dhuha ini jika diungkapakan dengan kata-kata sangatlah banyak. Sungguh beruntunglah orang-orang muslim bagi yang suka melaksanakan shalat sunnah Dhuha.
Disini saya memberikan sedikit gambaran tentang shalat sunnah Dhuha persefektif Bimbingan dan Koselign Islam, yang diataranya adalah:
a.      Dengan Shalat Sunnah Dhuha Dapat Mendekatkan Kekayaan Dan Menjauhkan Kemiskinan.
"shalat Dhuha itu mendatangkan rezeki dan menolak kemiskinan, dan tidak ada yang memeliahra kecuali orang yang berbuat." (HR. tirmidzi).

Shalat sunnat Dhuha adalah jalan "alternative" menuju kekayaan hidup yang datangnya langsung dari Allah SWT. Walapun demikian, Allah SWT mmepunyai sunatullah tersendiri dalam hal kekayaan ini, yakni dengan bekerja.[12]
Pada dasarnya shalat Sunnat Dhuha ini bukan hanya sebatas meminta rezeki saja, meliankan harus dibarengi dengan usaha, dan jika tidak diberengi dengan usaha maka secara tidak langsung shalat sunnah Dhuha kita akan sia-sia, karena secara nalar manusia tidak mungkin rezeki secara tiba-tiba turun dari langit. Hal ini sebagaimana dengan firman Allah SWT:

 وَقُلِ اعْمَلُوْافَسَيَرَى اللهِ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ, وَلْمُؤْمِنُوْنَ. وَسَتُرَدُّوْنَ إِلَى عَلِمِ الْغَيْبِ وَااشَّهَدَةِ فَيُنَبِئُكُمْ بِمَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ÇÊÉÎÈ
Artinya:
 "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan." (QS. At-Taubah : 105)

Dari ayat diatas saya bisa menyimpulakan bahwa kebahagiaan itu tidak datang secara tiba-tiba, melainkan dengan berdo'a dan berusaha. Selain dari itu shalat sunnah Dhuha juga sebagai penerang dari jalan yang gelap dan akan terhindar dari jurang kemiskinan.

b.      Dengan Shalat Dhuha Bisa Menjadi Kaya Di Dunia Maupun Kaya Di Akhirat
Disamping kita rajin shalat sunnah Dhuha yaitu untuk memohon dimudahkan rezeki kepada Allah SWT yang halal ternyata ada hikamh dibalik itu, yaitu sebagi tabungan pahala untuk di akhirat kelak nanti.
Dalam merutinitaskan shalat sunnah Dhuha ini dianjurkan untuk selalu sabar dalam menjalankannya, karena hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

وَسْتَعِيْنُوابِالصَّبْرِوَالصَّلَوةِ, وَإِنَّهَالَكَبِيْرَةٌإِلَاعَلَى الْخَشِعِيْنَ ÇÍÎÈ
Artinya:
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'," (QS. Al-Baqarah: 45).

Dari ayat diatas, disamping kita memohon dimudahkan rezeki kita juga dianjurkan untuk selalu berusaha dan bersabar dalam menjalankannya, dan disertai do'a yang khusyuk.
Walaupun tidak bisa dipungkiri di dunia ini sangat banyak sekali orang yang kaya tetapi belum tentu hatinya kaya. Maka dari itu kita disunnahkan shalat sunnah Dhuha agar kita bisa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita, serta agar lebih dipermudahkan dalam mencari rezeki, serta bukan hartanya saja yang kaya melainkan hatinya juga kaya. Hal ini sesuai yang diharapkan setiap manusia bahwa mereka menginginkan kaya di dunia maupun di akhirat kelak nanti.


c.       Shalat Sunnah Dhuha Sebagai Jalan Unutk Mempermudah Mendapatkan Rizki Dan Menjadi Ketagihan Bagi Yang Merutinitaskannya
Disamping shalat sunnah Dhuha sebgai do'a untuk memohon dimudahkan rezeki tetapi jika dirutinitaskan setiap hari, shalat ini akan meninmublkan ketagihan dan enggan untuk meniggalkannya, secara sikologis orang tersebut akan termotivasi untuk selalau merutinitaskan shalat sunnah Dhuha sehingg menjadi ia tenang.
Adapun jika dijalankna dengan sungguah-sungguh bisa menimbulakn kekutana energi dalam diri orang yang melaksanakannya. Disamping itu dapat membangun motivasi atau spirit yang sangat berguna ketika seseorang tengah beraktifitas. Oleh karena itu, ketika orang yang sudah terbiasa menjalankan sehalat sunnah Dhuha dan lupa tidak menjalankannya, ia akan merasa sesuatu yang kurang, ada sesutau yang tertinggal dan ada sesutau yang belum lengkap. Sesuai dengan yang ditegaskan Rasulullah saw dalam hadistnya:
Shalat sunnah Dhuha itu mendatangkan rezeki dan menolak kemiskinan, dan tidak ada yang memelihara sholat keculai hanya orang-orang yang bertaubat. (HR. Tirmidzi)
Jadi semakin jelas, bagi siapa yang mau menjalankan shalat sunnah Dhuaha baginya akan diberikan kemuliaan rezeki dan dijauhkan dari kemiskinan,[13]serta sebagai motivasi hidup utnuk selalu bersemangat dalam mencari rezeki yang halal serta barokah.

d.      Shalat Sunnah Dhuha Sebagai Penenang Hati
Tentulah setiap individu mempunyai hati yang berbeda-beda, ada pula yang hatinya kotor dan ada pula yang hatinya jelek. Maka dari itu selain kita memohon dimudahakan rezeki insya Allah dengan niat yang ikhlas dalam melaksanakan shalat sunnah Duhua kita akan merasa tenang dan tidak merasa ada beban yang berat.
Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw sebagai berikut:
عن عبدالله النعمان بن بشير ر.ض قال: سمعترسول الله ص.م يقول: الاوان في الجسدمضغةأذاصلحت صلح الجسدكله وإذافسدت فسدت الجسدكله الاوهيالقلب. (متفق عليه)
Artinya:
"Dari Abdullah Nu'man bin Basyir r.a berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ingatlah bahwa dalam tubuh ini ada sepotong daging, jika ia baik maka baik seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa sepotong daging itu adalah hati." (HR. Disepakati Bukhari-Muslim).

            Imam Al-Ghazali (2000: 26) menerangkan bahwa perkataan qalbu (hati) mengandung dua pengertian:
a.       Daging yang berbentuk buah sanubari (karena itu disebut sanuabri) terletak pada pinggir dada kiri, yaitu daging khusus (lahm makshus). Didalamnya terdapat lubang. Dalam lubang itu terdapat darah hitam. Itulah sumber nyawa.
b.      Unsur yang halus (lathifah), bersifat ketuhanan (rabbaniyah) dan kerohanian (ruhaniyah). Dengan hati yang bertubuh (al-qalb al-jismani) itu, dia berkaitan erat.[14]
Dari penjelasan diatas kita sebagai umat muslim sebelum melakukan sesuatu terlebih dahulu perlu adanya pelurusan niat terlebih dahulu, karena jika dalam melakukan sesuatu tanpa dibarengi dengan niat yang ikhlas maka secara tidak langsung usaha kita akan sia-sia.
Sebelum melaksanakan shalat sunnah Dhuha dengan dibarengi niat yang ikhlas insya Allah permohonan kita tidak akan sia-sia dan semoga dari niat yang ikhals itu rezeki yang kita dapatkan rezeki yang halal.

e.       Shalat Sunnah Dhuha Sebagai Terapi Keshatan Jiwa
Tentunya shalat sunnah Dhuha itu bukan hanya sebagai pelantara untuk memohon dimudahkan rezeki, tetapi disamping itu masih banyak yang belum terungkap oleh cendikiawan muslim, yang salah satunya dari kelebihan merutinitaskan shalat sunnah Dhuha itu adalah sebagai terapi kesehatan jiwa.
Dengan shalat sunnah Dhuha membuat manusia tidak lupa diri yang dapat menghancurkan dirinya sendiri. Shalat juga menumbuhkan kepercayaan diri, menghalau kekhawatiran dan rasa takut, menjaga keseimbangan jiwa, memberikan harapan yang terus ada, dan memunculkan ketenangan pada dirinya,[15] serta shalat sunnah Dhuah itu sebagi pemeliharaan keshatan baik jasmani maupun rohani. Secara tidak langsung bagi orang yang suka merutinitaskan shalat sunnah Dhuha disamping ia memohon rezeki kepada Allah Swt ia juga jiwanya akan terhindar dari penyakit. Maka dari itu tidak ada salahnya jika seorang konselor  menyarankan kliennya untuk merutinitaskan shalat sunnah Dhuha, karena shalat sunnah Dhuha itu sendiri sebagai terapi kesehatan jiwa.
Dari segi gerakannya shalat itu sangat banyak sekali kemanfa'atannya, yang diantaranya dari shalat itu: Gerakan-gerakan tubuh yang dilakukan oleh orang yang shalat, seperti berdiri, rukuk, dan sujud dapat mencegah kelonggaran otot pada otot-otot perut. Sesuai yang dicontohkan Rasulullah Saw. Ia akan membentuk tubuh dengan ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri ini tidak akan kita temukan dengan jelas dalam diri orang yang tidak shalat atau orang yang tidak melaksanakannya shalat dengan benar.[16]
Pengaruh shalat yang paling jelas bisa kita dapatkan dan dirasakan pada tubuh bagi yang melakukannya. Orang lain dapat melihatnya, seperti dapat merasakan pada dirinya sendiri. Karena dalam gerakan shalat itu sendiri banyak sekali asfek olahraga, yang diantaranya shalat dengan gerakan-gerakan yang meliputi berdiri, rukuk, sujud, dan duduk, adalah sejenis olahraga, bila dijaga oleh manusia dan dilaksanakan dengan cara sempurna, maka akan bermanfa'at pada kesehatan badan.[17]











DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah, Muhammad. Ushul Fiqih. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2011.
Al-Khuli, Hilmi. Menyingkap Rahasia Gerkan-Gerakan Sholat. Yogyakarta: DIVA Press, 2007.
Bahsani, Muhammad. Shalat Sebagai Terapi Psikologi. Bandung: Mizan Media Utama (MMU), 2004.
Lutfi, M. Kumpulan Shalat-Shalat Sunah. Jakarta: Hasanah.
Makhdlori, Muhammad. Menyingkap Mukjizat Sholat Dhuha. Yogyakarta: DIVA Press, 2007.
M Husen Madhal, Hadis BKI Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: tanpa penerbit), hlm. 2001.
Muhammad Abdullah, Muhammad Ibnu Hasan. Safinaunnaja. Tasikmalaya: Toko Islamiysh, 2011.

Rifa’I, Moh. Risalah Tuntuana Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Thoha Putra, 2012.
Suyadi. Menjadi Kaya Dengan Shalat Dhuha. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2010.


[1] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, hlm. 149.
[2] Moh. Rifa’I, Risalah Tuntunana Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Thoha Putra, 2012), hlm. 84.
[3] Ibid., hlm. 85.
[4] M. Lutfi, Kumpulan Shalat-Shalat Sunah, (Jakarta: Hasanah), hlm. 20.
[5] Ibid., hlm. 25
[6] Moh. Rifa’i. Op., Cit, hlm. 84.
[7] M. Lutfi. Op., Cit, hlm. 26.
[8] Ibid., hlm. 26.
[9] Muhammad Abdullah Ibnu Hasa, Safinaunnaja, (tasikmalaya: Toko Islamiysh, 2011), hlm 16.
[10] Suyadi, Menjadi Kaya Dengan Shalat Dhuha, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2010), hlm. 16.
[11] Ibid., hlm. 84.
[12] Ibid., hlm. 47.
[13] Muhammad Makhdlori, Menyingkap Mukjizat Sholat Dhuha, (Yogyakarta: DIVA Press 2007), hlm. 18
[14] M Husen Madhal, Hadis BKI Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: tanpa penerbit), hlm. 2001.
[15] Muhammad Bahsani, Shalat sebagai Terapi Psikologi, (Bandung: Mizan Media Utama (MMU) 2004), hlm. 49.
[16] Ibid., hlm. 115.
[17] Hilmi Al-Khuli, Menyingkap Rahasia Gerkan-Gerakan Sholat, (Yogyakarta: DIVA Press, 2007), hlm. 103.

Komentar