Struktral Fungsional (di institusi keluarga), ada beberapa pengertian struktural fungsional, pengertian keluarga, tokoh struktural fungsional, asumsi dan aplikasinya dalam instituis keluarga (Psikologi Motivasiku)
STRUKTURAL FUNGSIONAL
DI INSTITUSI KELUARGA
Psikologi Keluarga
Dosen pengampu: Dr. Casmini S.Ag. M. Si
Di susun oleh:
Yogi Abdul Aziz
Prodi Bimbingan Konseling Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri
Suanan Kalijaga
Yogyakarta
2012/2013
BAB
I
Allah
SWT dalam menciptakan sesuatu tentulah dengan berpasang-pasangan, seperti
halnya ada malam ada siang, ada pagi ada juga sore, begitupun ketika Allah
menciptakan Adam dengan pasangannya yaitu Siti Hawa. Dari semua pasangan itu
tentulah ada tujuan serta maksud tertentu, yang nantinya akan membentuk sebuah institusi
keluarga kemudian melahirkan masyarakat yang berbudaya.
Didalam
institusi kehidupan keluarga tentunya mempunyai struktur serta fungsinya
masing-masing, namun setiap institusi keluarga mempunyai struktur dan fungsinya
masing-masing dalam menjalankan hidupnya, akan tetapi untuk menentukan keluarga
itu baik atau tidaknya bisa dilihat dari lingkungan yang disebut budaya.
Pada dasarnya manusia itu sendiri tidak hidup dalam keadaan yang statis, namun
selalu berubah-ubah sesuai denga perkembangan jaman. Manusia diciptakan oleh
Allah SWT merupakan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia perlu hidup,
bekerja dan bersosialisasi dengan sesamanya. Salah satu bentuk kelompok sosial
yang paling universal adalah institusi keluarga.
Didalam struktural fungsional institusi keluarga mempunyai warna
yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial. Dan
keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keluarga
Tujuan hidup manusia dimuka bumi selain mengabdi kepada Tuhannya ia
juga mempunyai tujuan yang dinamakan institusi keluarga sebagai akhir dari masa
hidupnya, karena dengan berkeluarga ini manusia akan mampu melestarikan
generasi hidupnya. Dalam struktur keluarga mempunyai urutan ataupun struktur yang
runtut seperti halnya dalam institusi Negara ada pemimin, wakil dan ada juga
yang dipimpin, begitupun dalam institusi keluarga adanya suami sebagai
pemimpin, istri sebagai wakil, dan anak sebagai
yang dipimpin.
Adapun pengertian keluarga itu sendiri adalah sebuah rumah tangga
yang didalamnya memiliki hubungan darah atau perkawinan ataupun menyediakan
terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekpresi
keluarga bagi para anggotanya yang berada pada satu struktur, serta mempunyai
visi misi yang sama. (Sri Lestar. 2012, hal 6). Keluarga merupakan kelompok
primer yang terpenting dalam sebuah masyarakat. Secara historis keluarga
merupakan organisasi terbatas, yang pada awalnya mengadakan ikatan. Dengan kata
lain keluarga disini merupakan bagian dari masyarakat yang didalamya terdapat
berbagai budaya. (Khairuddin. 1985, hal 10).
B.
Pengertian Struktural Fungsional
Sebelum lebih jauh membahas tentang struktural fungsional akan
lebih baiknya lagi jika diawali dengan sebuah pengertian apa itu struktur dan
apa itu fungsional, dengan diawali pengertian ini diharapkan akan leih mudah
dalam memahami struktural fungsional.
Struktural jika didefinisikan berdasarkan kehadiran atau ketidak
hadiaran anggota keluarga, seperti kedua orang tua, anak laki-laki maupun
perempuan, dan sebagainya. Pada definisi ini memfokuskan kepada siapa yang akan
menjadi bagian dari keluarga, sehingga dapat muncul keluarga sebagai asal usul (families
of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of
procreation), dan keluarga batih (extended family), sedangkan
fungsional didefinisikan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi
psikososial. Seperti sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi dan
pemenuhan peran-peran tertentu, dalam artian definisi ini memfokuskan pada
tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga (Sri Lestar. 2012, hal 5).
Keluarga mempunyai fungsi yang poko yang diantaranya yaitu: fungsi
biologik, fungsi afeksi, dan fungsi sosialisasi.
a.
Fungsi biologik
Dalam fungsi ini merupakan dasar kelangsugan hidup masyarakat atau
keluarga, akan tetapi fungsi ini mengalami perubahan seperti membatasi dalam
memiliki keturunan. Hal seperti ini dapat dipengaruhi diantaranya: berubahnya
desa menjadi kota sehingga suasana dalam mencari temapt tinggal, dan
salahsatunya yang menjadikan hambatan adanya tuntutan dari Negara maupun agama
untuk membatasi keturunan.
b.
Fungsi afeksi
Hubungan ini bermuara dari cinta dan kasih yang menjadi dasar
perkawinan, yang nantinya akan melahirkan hubungan persaudaraan, persahabatan,
kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai. Suasan
afeksi seperti ini merupakan yang paling penting dalam sebuah tatanan kelaurga
yang bermasyarakat.
c.
Fungsi sosialisasi
Fungsi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk keperibadain
anak. Dari interaksi sosial ini anak akan mempelajari tingakh laku, sikap,
keyakinan, cinta-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka
perkembangan keperibadiannya. (Khairuddin. 1985, hal 59-60).
(Megawangi,
2001) Mendefinisikan bahwa struktural-fungsional adalah pendekatan teori
sosiogi yang diterapkan dalam institusi keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga
besar. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat yang mempunyai
prinsip-prinsip kehidupan sosial yang serupa. Masyarakat seperti ini biasanya mempunyai
warna yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan
sosial. Dan keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur
masyarakat… (Herien Puspitawati, 2009 hal 1).
Struktural Fungsional adalah sudut pandang dalam sosiologi
dan antropologi
yang berupaya menafsirkan sebuah masyarakat sebagai sebuah struktur
yang saling berinteraksi, terutama dalam norma,
adat, tradisi
dan institusi.
Dalam arti paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya untuk
menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, adat, atau praktik,
dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif".
Bagi Talcott
Parsons, bahwa "Structural Fungsional" bukanlah
sebuah mazhab pemikiran, akan tetapi struktural fungsional ini adalah suatu
tahap tertentu dalam pengembangan metodologis dibidang ilmu sosial. (http://id.wikipedia.orgwikiFungsionalisme_struktural).
Tentunya
struktur keluarga dalam bermasyarakat tidak lepas dengan yang namanya akan
kebutuhan hidup yang bermacam-macam, sehingga dari kebutuhan ini yang nantinya
akan melahirkan saling tolong menolong serta hidup yang rukun dalam
bermasyarakat. (J. Goode, Wiliam. (1995), hal 3). Teori fungsional melihat
manusia dalam masyarakat ditandai oleh dua tipe kebutuhan dan dua jenis
kecenderungan bertindak, diantaranya dalam
menjaga kelanjutna hidpunya manusia haru bertindak terhadap
lingkungannya, baik dengan cara menyesuaikan pada lingkungan sekitar atau
menguasai serta mengendalikannya, dan kebudayaan sebagai sarana survival
manusia dan masyarakat… (Thomas F.O'dea. (1985), hal 6).
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sturuktural fungsional adalah sebuah institusi keluarga
yang didalamnya terdiri seorang pemimpin yaitu ayah, ibu sebagai wakil ayah,
anak sebagai penerus dari ayah dan ibu, yang didalamnya mereka mengakui adanya sbuah
keragaman dalam hidup, sehingga mereka dalam menjalankan hidupnya tentram dan
aman.
C.
Tokoh Struktural Fungsional
Herien Puspitawati (2009). Membagi para ahli dibidang structural
fungsional yang diantarany:
a.
Aguste
Comte (1798-1857)
b.
Herbert
Spencer (1820-1930)
c.
Emile
Durkheim (1858-1917)
d.
Oswald
Spengler (1880-1938)
e.
Bronislaw
Malinowski (1884-1945)
f.
Alferd
Reginald Radcliffe-Brown (1881-1955)
g.
Talcott
Parsons (1902-1979)
h.
Robert
Merton (1911-2003)
i.
Anthony
Giddens (1938-sekarang)
D.
Asumsi Teori Struktural Fungsional
Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh
pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu
terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut
merupakan konsekuensi agar organisme tersebut tetap mampu bertahan hidup.
Kemudian structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan
sosial yang berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, kemudian pemikiran
Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer … (http://id.wikipedia.orgwikiFungsionalisme_struktural), sehingga dari saling ketrgantungan ini masyarakat akan saling
mempengaruhi dalam kehidupan sosail yang nantinya akan terbawa ke institusi
keluarga.
Teori structural fungsional mengasumsikan bahwa keluarga merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau
subsistem yang saling berhubungan dengan masyarakat lain, yang berfungsi untuk
menjaga kelangsungan hidup dari sistem sosial yang ada pada suatu tatanan
masyarakat.
Adapun Herien Puspitawati. (2009), hal 20-21 membagikan asumsi structural
fungsional dalam keluarga menjadi beberapa bagian yang diantaranya:
a.
Asumsi-asumsi yang mendasari teori struktural fungsional dari
dimensi struktural adalah :
1.
Untuk melakukan fungsinya secara optimal, keluarga harus mempunyai
struktur tertentu.
2.
Struktur adalah pengaturan peran da/am sistem sosial.
3.
Keluarga inti adalah struktur yang paling mampu memberikan
kepuasan fisik dan psikologi anggotanya dan juga menjaga masyarakat yang lebih
besar.
b.
Asumsi dimana
karakteristik diterapkan pada keluarga adalah:
1.
Anggota keluarga membedakan atau mengkhususkan peran yang memungkinkan mereka meningkatkan kelaurga dan
2.
Sistem diorganisir, demikian pula dengan keluarga. Pola mengatur
(struktur orang tua/anak) diantara anggota menentukan hak dan kewajiban
(peran) dan serta nilai dan norma yang umum dianut (sosialisasi).
c.
Asumsi berdasarkan
karakteristik sistem sosial yang diterapkan pada keluarga adalah:
1.
Sistem mempunyai batasan
(boundaries). Keluarga mempunyai batasan yang lebih kaku diantara
anggota keluarga dibandingkan sistem lainnya.
2.
Sistem mempunyai
kecenderungan mengarah pada homeostasis atau keseimbangan dan
3.
Sistem adalah organik.
Sistem terintegrasi sebagai satu kesatuan, diikat secara bersama-sama oleh struktur, dengan
setiap bagian mempunyai fungsi (tubuh yang berfungsi dengan baik adalah dalam
kondisi seimbang).
E.
Aplikasi Teori Struktural Fungsional Dalam Institusi Keluarga
Talkott parsons memberikan gambaran bahwa diantara hubungan
struktural-fungsional cenderung memiliki empat tekanan yang berbeda dan
terorganisir secara simbolis, yaitu adanya
fungsi-fungsi
tertentu yang harus dipenuhi oleh segolongan keluarga agar ada kelestarian sistem, diantaranya adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan keadaan latent. (http://id.wikipedia.orgwikiTalcott_Parsons).
Dari keepmpat persyaratan fungsional yang mendasar tersebut berlaku untuk semua
sistem keluarga atau masyarakat yang ada.
Penerapan teori struktural fungsional dalam institusi
keluarga dapat terlihat dari struktur dan aturan yang ditetapkan dalam
institusi keluarga tersebut. Dijelaskan oleh Chapman (2000) dalam Puspitawati
(2006). Keluarga adalah unit universal yang didalamnya memlilki peraturan,
seperti peraturan untuk anak-anak agar dapat belajar untuk mandiri. Hal seperti
ini tanpa adanya aturan atau fungsi yang dijalankan oleh unit keluarga, maka
unit keluarga tersebut tidak memlliki arti (meaning) yang dapat
menghasilkan suatu kebahagiaan. (Khairuddin. 1985, hal 23). Jika
institusi keluarga tidak memiliki aturan dan fungsi yang dijalankan maka akan
tumbuh benih-benih generasi penerus yang tidak mempunyai tujuan yang terarah,
karena kehidupa kelaurga dalam lingkungan masyarakat tidak lepas dengan institusi
kebudayaan.
Pada dasarnya keluarga yang harmoni itu mempunyai struktur yang
jelas, karena pada dasarnya didalam institusi keluarga itu mempunyai strutktur
yang jelas yaitu dengan adanya pembagian peran antara ayah, ibu, dan anak.
Namun dala pembagian perannya berbeda-beda tergantung kepada kebijakan di
masing-masing institusi keluarga itu sendiri. Karena pada dasarnya keluarga
mempunyai tiga bentuk yakni keluarga batih: keluarga bercabang (stem family).
Keluarga bercabang ini terjadai manakala seorang anak yang sudah menikah dan
masih tinggal satu atap dengan orangtuanya. Bentuk kedua dari kelaurga batih
adalah keluarga berumpun (lineal family). Bentuk keluarga seperti ini
terjadi bila kedua anak yang sudah menikah kemudian masih satu atap dengan
orang tua. Adapun bentuk ketiga dari keluarga batih adalah keluarga beranting (fully
extended). Bentuk keluarga seperti ini bila manakala didalam satu atap
keluarga terdapat generasi ketiga (cucu)
yang sudah menikah dan tetap tinggal dalam satu atap. (Sri Lestari. 2012, hl 7).
Khairuddin. (1985). Dalam pengalikasian institusi keluarga dibagi
menjadi beberapa bagai diantaranya:
a.
Aspek struktural
Ada tiga elemen utama dalam struktur
internal keluarga yang saling kait mengkait yaitu:
Status sosial
Beradasarkan
status soslal, diukur dari tiga struktur utama yaitu bapak atau suami, ibu atau
isteri dan anak-anak. Atau bisa diaktakana ayah sebagai pencari nafkah, ibu
rumah tangga, anak balita, anak sekolah, remaja, dan lain-lain.
Fungsi sosial
Fungsi sosial ini menggambarkan perannya masing-masing individu
menurut status sosialnya masing-masing. Parsons dan Bales (1955) dan Rice dan
Tucker (1986) membagi dua peran orangtua dalam keluarga, yaitu peran
instrumental yang diharapkan dilakukan oleh suami atau bapak yaitu berperan
sebgai pencari nafkah untuk kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga, dan
peran emosional atau ekspresif yang biasanya dipegang oleh figur istrt atau ibu
sebagai peran pemeberi cinta,kelembutan, dan kasih sayang.
Tujuan dari peran ini agar terciptanya suasana keluarga yang
harmonis, serta untuk mengantisipasi ketika akan terjadinya problem dalam
sebuah keluarga atau luar keluarga.
Norma sosial
Norma ini
adalah peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah laku
dalam kehidupan sosialnya atau bisa dikatakan standar dalam tingkahalku dalam menjalankan tugas-tugas, pencapaian tujuan, integrasi dan
solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga.
b.
Aspek Fungsional
Arti fungsi di sini menggambarkan bagaimana sebuah sistem atau
subsistem dalam institusi masyarakat dapat saling berhubungan dan dapat menjadi
sebuah kesatuan solid. Levy mengatakan jika dalam institusi keluarga tidak
memiliki pembagian tugas yang jelas pada masing-masing individu maka fungsi
keluarga akan terganggu yang akan mempengaruhi sistem yang lebih besar lagi.
Dari situ levi memberikan gambaran struktur yang harus dipenuhi oleh institusi
keluarga:
Diferensiasi peran = Seorng ayah adalah
lebih kuat dripada anak lelakinya (karena juga lebih muda), shingga ayah akan
dibrikan peran sebagai pmimpin dalam kegiatan instrumental.
Alokasi solidaritas = Cinta/kpuasan
mnggambarkn hubungan antar anggota
Alokasi ekonomi.
Alokasi politik.
Alokasi integrasi dan ekspresi =
Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian
nilai-ililai dan perilaku yang memenuhi tuntutan norma yang berilaku untuk
setiap anggota keluarga.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah struktur
keluarga perlu adanya kerjasama antara suami dan istri begitupun dengan anak
dalam menjalankan struktur fungsional dalam institusi keluarga, sehingga yang
nantinya akan mudah dalam memecahkan konflik yang silih berdatangan.
Gronseth membuktikan penelitiannya (dalam Supnyantini, 2002). Meneliti
16 pasang suami-isteri
yang kedua-duanya bekerja saram dalam mengambil bagian dalam mengasuh anak. Disini kaum
ayah merasa lebih baik dan terbuka dengan anak-anaknya, sehingga anak yang diasuhnya
tumbuh dengan kemampuan diri yang lebih tinggi serta keyakinan diri yang lebih
besar, sehingga anaknya cenderung
lebih matang dan dapat
bergaul, serta mampu
menghadapi berbagai masalah.
Hal ini berkaitan erat dengan
rangsangan-rangsangan yang diberikan ayah dalam membantu perkembangan kognitif
anak. (Herien Puspitawati. 2009, hal 27).
F.
Teori Sistem
Keluarga
a.
Keluarga
sebagai sebuah sistem
Herein puspitawati (2009) memberikan gambaran bahwa pendekatan
keluarga sebagai sebuah sistem didasari oleh beberapa asumsi dasar berikut:
Setiap keluarga adalah unik. baik
karena keragamannya karakteristik personal, maupun keanekaragaman budaya dan
ideologi.
Keluarga adalah suatu sislem interaksi yang mana tiap komponennya memiliki batasan yang selalu
berubah dan derajat ketahanan untuk berubah yang bervariasi.
Setiap anggota keluarga memiliki
variasi fungsi maupun individual, jika setiap anggotanya tumbuh dan berkembang.
Keluarga melalui suatu proses perubahan yang, menghasilkan tekanan terhadap seluruh
anggotanya.
b.
Karakteristik
Dari Sistem Keluarga
Dalam sebuah institusi keluarga tentunya mempunyai karakteistik dan
manajemen masing-masing dalam menjalankan kehidupan keluarganya. Dalam
memanajeman institusi keluarga biasanya tergantung pada latar belakang
masing-masing keluarga. Herien Puspitawati. (2009) menjelaskan bahwa perlunya
memahami karakteristik masing-masing dengan melihat aspek-aspek dalam keluarga
sebagai sebuah sistem:
Batasan Ekternal
Batasan Internal
Peran organisasi
Peraturan keluarga
Distribusi kekuatan
Komunikasi
c.
Siklus Hidup
Keluarga
siklus hidup yang harus dilalui
setiap institusi keluarga adalah sebagai berikut
Tahap untuk berkomitmen
Tahap mengembangkan peran baru
sebagai orang tua
Tahap menerima kepribadian baru
Tahap memperkenalkan anak kepada
institusi di luar keluarga
Tahap menerima kedewasaan
Tahap mencoba kebebasan
Tahap persiapan untuk melepas anak
Tahap melepas anak
Tahap usia tua (Herien Puspitawati. 2009, hal 36)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa struktur fungsional adalah pendekatan teori
sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah
institusi dalam masyarakat yang mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat
dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mempunyai warna yang jelas,
yaitu mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial. Dan keragaman
ini merupakan sumber utama dari adanya struktur dalam masyarakat.
Struktural fungsional dalam institusi keluarga antara suami dan
istri mempunyia peranan masing-masing, serta mengakui adanya keragaman dalam
budaya.
Dalam makalah serta tulisan ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu saya harapkan bagi pembaca keritik atau sarannya yang membangun dalam
penyusunan makalah serta tulisan ini supaya kedepannya bisa menajadi lebih baik
dan bisa dijadikan sebagai awal dari pembelajaran kesuksesan dimasa yang akan
mendatang nanti amin.
DAFTAR PUSTAKA
f.
O'dea, Thomas. (1985). Soiologi Agama. Yogyakarta: CV. Rajawali.
Khairuddin.
(1985). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nurcahaya.
Lestari,
Sri. (2012). Psikologi Keluarga. Yogyakarta: Kencana Prenada Media Group.
Puspitawati,
Herien. (2009). Bahan Ajar Ke-3 M.K. Pengantar Ilmu Keluarga (Ikk 211).
Bogor: Instut Pertanian Bogor.
Wiliam
J.Goode. (1995). Sosiologi keluarga. Jakarta: Bumi Aksara, Edisi
Pertama.
KUTIPAN
DARI INTERNET
http://id.wikipedia.orgwikiTalcott_Parsons.
Diakses pada 07 juni 2013.
http://id.wikipedia.orgwikiFungsionalisme_struktural.
Diakses pada 07 juni 2013.
Komentar
Posting Komentar